Cahaya dan Sampah
Seorang Sangat Tua (OST), yang dari wajahnya sangat sukar dipastikan berapa usianya, berjalan memimpin sebuah rombongan yang jumlahnya tidak sedikit tapi juga tidak terlalu banyak, untuk melihat-lihat Bumi.
Mereka melintas dan berkeliling ke berbagai titik dan wilayah di Bumi, tetapi sebenarnya mereka tidak berpijak di Bumi, bahkan tampaknya mereka menyaksikan Bumi dari sebuah ketinggian di angkasa, atau dari suatu dimensi yang tingkat penglihatan yang melebihi para penduduk Bumi.
OST melongok-longok ke sana kemari, kadang-kadang pandangannya memusat ke suatu keadaan, kemudian berpindah ke titik dan keadaan yang lain. Suatu waktu wajahnya tampak keheranan. Terkadang geram. Saat lain tidak mengerti. Kemudian tertawa geli, bahkan tertawa terbahak-bahak. Berbagai situasi perasaan muncul dari wajah dan perilaku OST.
Kalian ke sini semua. Hei. Hei. Kalian kumpul di sini semua.
Apakah kalian melihat titik-titik cahaya, di sana, di sana, di sana, mudah-mudahan nanti ada juga di titik-titik yang lebih banyak lagi.
Seakan-akan ada di antara rombongan itu yang membantah atau mengemukakan sesuatu kepadanya.
Apa?
Iya…. Sampah.
Memang. Sampah. Sampah. Di sana sini sampah. Hampir seluruhnya sampah. Pemandangan utamanya adalah sampah. Kan memang kita berkunjung ke Bumi ini asal mulanya karena kita semua sangat heran kenapa Planet yang terindah di jagat raya ini sekarang malah penuh oleh sampah.
Tetapi jangan lupa perhatikan juga bahwa ada titik-titik cahaya. Coba tatap baik-baik bercak-bercak cahaya di arah itu, sana, sana juga. Memang belum kita temukan ada cahaya yang memancar, yang ada hanya cuma bercak-bercak…. Tapi lumayan, toh itu cahaya juga….
Tiba-tiba OST tertawa terpingkal-pingkal sendiri
Bodohnya aku. Dungu. Goblok. Pengung.
Saya ini tidak buta, tapi mata saya dipenuhi oleh kebutaan
Saya ini tidak tuli, tapi telinga saya sarat oleh ketulian
Mata saya tidak buta, benar-benar tidak buta, tetapi ternyata belum bisa benar-benar melihat
Telinga saya tidak tuli, sungguh-sungguh tidak tuli, tetapi terbukti belum mampu sungguh-sungguh mendengar….
….
Apa?
Ya. Sampah
Mata sampah
Telinga sampah
OST tertawa lagi. Kemudian tiba-tiba bersedih dan seakan menangis. Sedemikian rupa sampai menggeletakkan tubuhnya karena putus asa. Kemudian sambil duduk terengah-engah berkata pelan, sambil bergeser-geser menunjuk ke beberapa titik.
OST menyuruh salah seorang:
Coba kau lihat sebelah sana.
Itu tadi saya pikir cahaya….
Ternyata api….
OST memandu menunjukkan arah yang ia maksud
Ya, ya, sebelah sana
Bukan. Terlalu kesana. Kurang ke kiri sedikit
Ya. Benar. Coba perhatikan baik-baik
Fokus. Tembus sampai ke dalam, jangan melihat hanya luarnya
Jelas?
Lhooo ya beda dong antara cahaya dengan api….
Kalau yang bisa kamu lihat, itu api
Kalau cahaya, tidak bisa kamu lihat
Sekurang-kurangnya mungkin saja bisa dilihat
Tetapi tidak dengan mripatmu yang itu
….
Apa?
Ya benar…. Tidak dengan mripat sampah
Menoleh kepada salah seorang yang lain
Apa? Ah, masak
Api bukan sumber cahaya. Bukan
Api memang seolah-olah memancarkan cahaya
Itu hanya akibat, rupanya seakan-akan cahaya
Atau disangka cahaya
Bahkan disimpul-simpulkan sebagai cahaya
Aduuuh …. Dulu saya pernah bodoh seperti itu….
….
Berpuluh-puluh tahun lamanya, ketika saya bertugas di Bumi
Tapi kemudian saya belajar
Kenapa saya belajar?
Karena saya bukan Tuhan
Siapa saja yang bukan Tuhan, hendaklah belajar
Kepada anggota rombongan yang lain lagi
Coba, coba, kamu saja, lihat sebelah sana
Kerahkan kalbumu
Pakai penglihatan yang mampu melihat segala sesuatu yang tidak terlihat
….
Ya ya ya benar sebelah sana
Itu tadi saya sangka pancaran sinar, ternyata kumpulan dari beribu-ribu orang yang menangis, sesambatan, mengeluh, putus asa, sehingga menadahkan tangan mereka ke langit
….
Apa?
Ya…. Menangisi sampah
Apa?
Ya…. tangisnya juga tangis sampah
Apa?
Ya ya ya….Karena yang menangis itu sendiri sampah….
Apa waktu hidup di Bumi kamu juga serewel itu?
….
Gimana? Bisa tembus nggak?
Aduuuh kamu ternyata bebal juga
Persis seperti saya waktu masih muda dulu….
Apa?
Oke….Oke…. setelah tua juga tetap bebal seperti itu
Tetapi bebalku berbeda jenisnya dengan bebalmu
….
Mestinya sebelum pindah dari Bumi kamu sudah belajar
Bahwa di dalam kecil terdapat besar
Tidak hanya di dalam besar terdapat kecil
….
He, kenapa wajahmu bengong
Tidak paham?
Padahal ini sangat sederhana:
Bahwa di dalam sempit terdapat luas
Tidak hanya luas adalah sempit ditambah sempit ditambah sempit
….
Lho, kok air mukamu kosong bloon
Ini sangat simple….
Bahwa di kandungan debu terdapat gunung
Jangan kira gunung terdiri dari debu-debu itu satu-satunya fakta….
Sangat jelas kan?
Apa? Buntu otakmu?
Itu karena dulu di Bumi kamu terlalu banyak sekolah
….
Coba pelan-pelan….
Bahwa di dalam manusia ada jagat raya
Tidak sekedar manusia bertempat tinggal di jagat raya
….
Itu namanya ilmu kesadaran
Kau ada karena kau sadar
Kau sadar maka kau ada
Kalau kau tak sadar, maka tak ada kau di dalam dirimu sendiri
Bahkan dirimu pun tak ada….
Tambah bingung kamu ya!
….
Gini saja. Saya pilihkan penjelasan yang paling gampang
Bahwa di dalam satu ons, terdapat satu kilo gram
Di dalam satu kilo gram, terdapat satu kwintal….
Teruskan sendiri: bahwa di dalam satu kwintal terdapat satu ton
Dan di dalam satu ton, sepuluh ton, seratus, seribu, bahkan sejuta ton
Terdapat… kekosongan… kehampaan…
Terang benderang seperti matahari musim kemarau sekarang kan?
….
Yang paling memenuhi keramaian
Adalah kesunyian
Yang paling nyata di dalam Ada
Adalah tiada….
Gampang kan?
….
Di desaku ada Negara
Di Negaraku ada Dunia
Di Dun….
Tidak ada apa-apa….
….
Apa?
Ya….kecuali sampah!
Tidak ada apa-apa kecuali sampah
….
Lho…. apa?
Kamu makin tidak paham?
Kamu juga tidak mengerti?
Dan kamu, kamu, kamu…. plenggang plenggong….
….
Gini saja…. coba saya kasih satu pertanyaan Sekolah Dasar:
Di manakah syahwatmu?
He? Di mana?
O tidak. Tidak di situ. Coba kamu amati lagi
Coba masing-masing meneliti di manakah letak syahwat?
OST tertawa pelan-pelan, kemudian meningkat sampai terpingkal-pingkal
Apa? Apa? Apa?
Letak syahwat saja tidak mengerti kok berani-beraninya nyalon….
Di mana?…. Salah
Ya? Di mana? …. Salah
Yang bener? Di mana? …. Salah. Salah. Salah
OST mengeluh dan menelentangkan tubuhnya
Syahwat itu bertebaran mendongak-dongak, menjengat-jengat, di dalam sebuah gedung besar
Di Senayan
Di mana gerangan Senayan itu?
Di Ibukota Syahwat Negeri Katulistiwa
Apa itu Negeri Katulistiwa?
Negeri yang indah permai, yang dari ukuran tertentu ia mirip atau mendekati permainya Sorga
Negeri yang penduduknya dimanjakan oleh Tuhan, terus menerus dimanjakan, dan itu akhirnya membuat mereka mengidap – minimum sepuluh penyakit – yang sangat gawat, namun tidak termasuk penyakit yang mematikan penderitanya secara langsung
Apa gerangan sepuluh penyakit itu?….
Sebenarnya sih ada beribu-ribu penyakit
Cuma waktu saya terbatas dan juga otak kalian tidak cukup untuk menampungnya
Apalagi semua manusia yang mengidap penyakit itu sudah berubah menjadi penyakit itu sendiri….
….
Tetapi baiklah…. Catat baik-baik, wahai para penyakit
OST bernyanyi-nyanyi kecil
Satu, lalai dan suka meremehkan
Dua, bingung karena terlalu banyak bakat
Tiga, merasa pandai dan beres sehingga malas berpikir
Empat, mudah marah dan sukar memaafkan
Lima, sangat menikmati perasaan dengki
Enam, suka jual beli martabat dengan harga sangat murah
Tujuh, mentalnya pelacur tapi pakaiannya soleh
Delapan, mudah kagum dan gampang kena sihir
Sembilan, akalnya suka terbalik-balik
Sepuluh, dendam kepada orang yang salah….
OST tertawa berkepanjangan, seolah-olah ia butuh tertawa selama-lamanya
Adapun….
Di Ibukota Syahwat itu, berdirilah Istana Syahwat
Tersebar di sana-sini gedung-gedung pencakar syahwat
Kantor-kantor berisi mesin-mesin ereksi
Dinas-dinas penjilatan
Menteri-menteri orgasme
Dirjen dan pejabat-pejabat yang saling masturbasi
Layar-layar kaca yang full syahwat
Yang menayangkan Ayat-ayat Syahwat
Lakon-lakon Perempuan Berkalung Syahwat
Partai-partai Politik Syahwat
Lembaga Syahwat Masyarakat, yang disingkat….Lesyama….
Bahkan terdapat juga Majlis-majlis Syahwat
Semuanya ereksi ereksi ereksi tanpa henti
Cinta buta kepada dunia
Cinta tuli kepada harta benda
Cinta buntung kepada polularitas
Cinta bunuh diri kepada kekayaan
Cinta muncrat kepada karier dan jabatan
Cintra jrot kepada gambar-gambar wajahnya sendiri yang dipasang di sepanjang jalan….
….
Apa?
Sekali lagi, ulang pelan-pelan….
Oooo baik…. sesampah-sampahnya sampah….
Kamu?
Oke…. yang tersampah dari segala sampah….
Kamu juga?
Baiklah….ultra sampah…
Terus kamu?
Sampah mugholadloh….
Tapi jangan pakai istilah Sampah Akbar..
….
Jampi-jampi setane sontoloyo
Raja besar beranak Joko Bodho
Jampi-jampi setane kontoloyo
Bangsa besar beranak…. kontoloyo
OST sangat geram. Memanggil dan mengumpulkan semua anggota rombongan dalam lingkaran kecil
Yang lain-lain paham? Ngerti? Mudheng? Dong?
Lho…. kamu tidak paham apa itu paham?
Kamu tidak ngerti apa itu ngerti?
Kamu tidak mudheng apa itu mudheng?
Dan kamu tidak dong apa itu….dong?
….
Sejak berabad-abad yang lalu saya memimpin rombongan ini kok macamnya cuma dua
Yang satu selaluuuuu salah paham
Yang lainnya…. pahamnya salah….
Coba sekarang duduknya ditata, posisi tubuhnya dibikin supaya pikiran kalian agak sedikit mengandung kecerdasan
Tulang punggungnya tegak
Wajah lurus menghadap ke depan, tapi mata terpejam
Pikirannya kosong supaya isi
Hatinya isi supaya kosong
Isi dikosongkan
Kosong diisikan….
OST terasa sekali nada jengkel dan agak marah
Ini kan mata pelajaran di kelas paling awal, di sekolahanmu ketika kau ditugaskan berperan jadi manusia
Orang yang tidak belajar memang bisa melihat banyak hal, tetapi tidak tahu apa yang dilihatnya
Kumpulan manusia yang malas belajar memang bisa mengalami macam-macam, tetapi tidak mendapat makna apa-apa dari pengalamannya
Bangsa yang akalnya nganggur memang bisa berpapasan dengan macam-macam hal, tetapi tidak mengerti ukurannya, tidak paham di mana koordinatnya, tidak menemukan pangkal dan ujungnya
Apa? Masih masih tidak paham?
Kamu juga tidak sedikit saja mulai mengerti?
Kalau kamu? Kamu? Kamu?
Aduuuh lamban seperti Pemimpin!
Itu namanya bukan sederhana, itu kosong
Itu namanya bukan bersahaja, itu kopong
Aduuuuh belajar dulu menjadi manusia
Buang dulu napsu untuk memimpin manusia….
OST tiba-tiba lonjak-lonjak sambil bertepuk tangan berirama
Ayo sekarang berdiri semua
Tetap melingkar
Lingkarannya jangan terlalu rapat, supaya tidak ada peluang untuk sikut-sikutan
OST berhenti lonjak-lonjak tapi memerintah semua untuk lonjak-lonjak
Ayo lari di tempat
Tirukan persis seperti saya barusan
Ayo! Ayo! Ayo!…
Okay….Stop!
Sekarang duduk lagi semua
Tarik napas panjang
Rileks. Boleh bersandar, meskipun tidak ada sandaran
Sekarang dengarkan saya baik-baik
….
Terpaksa saya akan melakukan sesuatu yang saya benci ketika dulu saya bertugas di Bumi, yakni berceramah….
Terus terang saja, ceramah adalah perbuatan yang mengandung kesombongan dan kehinaan
Orang yang naik mimbar berceramah itu mengakui dan membenarkan kesimpulan sombong bahwa ia lebih pinter, lebih hebat dan lebih hebat dibanding yang diceramahi
Pengakuan dan pembenaran itu sesungguhnya merupakan penghinaan kepada semua mereka yang diceramahi
Herannya di seluruh permukaan Bumi itu penduduknya mauuuu saja dihina tiap hari, terus menerus, bahkan malah mendaftar dan membayar untuk mendapatkan penghinaan….
….
Tampaknya termasuk kau kau kau kamu kamu kamu kalian kalian kalian ini….ya sudahlah, saya akan berceramah
OST mengubah tampilan dan gaya bicaranya
Para hadirin yang saya kurang tahu persis apakah sedang berbahagia atau tidak
Para hadirin yang hanya Tuhan yang tahu apakah kalian ini dimuliakan atau diperhinakan….
Itu….yang di sana….gedung-gedung menjulang
Jelas! Itu gedung-gedung menjulang
Beribu-ribu gedung menohok langit
Dari jendela-jendelanya mencorong lampu-lampu
Lampu-lampu itu, menerangi dirinya sendiri
Hanya menerangi dirinya sendiri
Sedangkan di sekitarnya : hanya keremangan dan kegelapan….
….
Alangkah bodohnya saya
Padahal saya penceramah
Betapa lebih bodohnya lagi yang diceramahi
….
Saya pikir itu tadi gedung-gedung cahaya
Gedung-gedung yang memancarkan keindahan hati ummat manusia
Ternyata bangungan-bangunan itu adalah pusat penghancur kemanusiaan, markas pemusnah nilai-nilai yang dulu dititipkan dari Langit
….
Ternyata pencakar-pencakar langit itu pusat tipudaya
Markas penindasan
Laboratorium perampokan
Magnet monopoli kekayaan Bumi
Lintah penyerap kesejahteraan para penduduk Bumi
Yang dihimpun hanya untuk kelompok mereka
Hanya untuk yang segolongan dengan mereka
Yang sekelas dengan mereka
Serta yang ikut merampok bersama mereka
OST tegak berdirinya, merentangkan tangannya, kukuh kedua kakinya, menatap delapan penjuru arah
Saya mokswa sejak sebelum Masehi pada ukuran waktu para penduduk Bumi
Saya larutkan jasad kendaraan hidupku di Bumi dahulu kala
Untuk saya lebur menyatu dengan Ruh saya
Saya rohanikan badan saya
Saya sukmakan tubuh saya
Saya hampakan padatan saya
Dan saya tiadakan ada saya
Sehingga diterima menjadi Ada yang sejati
….
Itu lebih dua millennium yang lalu
Lebih dua ribu tahun yang lalu
OST tertawa terkekeh-kekeh
Saya pikir saya sudah lulus
Saya sangka saya sudah putus pamrikso
Saya mengira saya sudah naik dimensi
Sudah menguap dari materi
Sudah melebihi kapas yang bebas gravitasi
Sudah meluncur menembus dimensi-dimensi
Sudah lelaku enam transformasi
Sudah menjadi sunyi
Bertapa dalam Fana
Sudah menyanyikan orkestrasi lintas suara:
Tidak ada Ada kecuali Tiada
Tidak ada Tiada kecuali Ada
….
Jadi kenapa aku rindu kepada sampah
Untuk apa aku memohon agar ditugasi kembali mengurusi sampah
Sedangkan Cahaya telah meng-Ada-kanku dalam Tiada
Sedangkan Cahaya telah men-Tiada-kanku dalam Ada
….
Wahai Sang Maha Sutradara
Sesudah aku salah sangka terhadap hakekat kemauan-Mu
Sesudah aku bodoh terikat oleh keingian untuk bahagia dan ketakutan untuk sengsara
Setelah Sifat menjadi tembok penghalang Dzat
Kini kuhaturkan sedalam-dalamnya rasa syukur
Karena perkenan-Mu telah menyampaikanku ke puncak ilmu:
Asyhadu an-la ilaha illallah
Asyhadu an-la ilaha illallah
Asyhadu an-la ilaha illallah
….
OST berkeliling mengusir rombongannya
Sudah! Sudah!
Bubar semua
Balik! Balik!
Kembali ke planet pembelajaranmu masing-masing
Balik ke galaksi tarikat ilmu kalian masing-masing
Pergi! Pergi!
Balik! Balik!
….
EXIT
E N D
Drama Tunggal
Oleh: Bambang Sosiawan
Teater Perdikan, Rubud-EAN
29 dan 30 September 2014