Malam Peluncuran Majalah Sastra Sabana
Malam ini, Rabu 25 Juni 2013, berlangsung satu peristiwa kebudayaan di Rubud EAN: Peluncuran Majalah Sastra Sabana. Dalam peluncuran edisi perdana Sabana ini, publik sastra dan kebudayaan Yogyakarta khususnya diajak, selain disuguh pelbagai performance kesenian musik keroncong, pembacaan puisi dan cerpen, serta persembahan lagu-lagu, juga diajak menyimak Pidato Kebudayaan yang disampaikan oleh Bang Hadi — sapaan akrab Ashadi Siregar — dengan tematik “Menuju Bangsa Tanpa Sastra.”
Sebelum menyampaikan pidatonya, dengan dipandu oleh Cak Nun, Bang Hadi diminta menorehkan tanda tangan di cover Sabana edisi perdana untuk menandai secara resmi diluncurkannya Majalah Sastra Sabana, kemudian diikuti oleh para eksponen Sabana sendiri, para tokoh kebudayaan Yogyakarta seperti Prof. Faruk HT (Guru besar Ilmu Budaya UGM), Ons Untoro (Rumah Budaya Tembi), Oka Kusumayudha (Komisaris JogjaTV), Untung Basuki, Indra Tranggono, Drs. Alexandri Luthfie, M.S. (Dekan Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta), Bu Menik (Istri almarhum sastrawan dan dokumentator sastra Ragil Swarna Pragolapati), dan teristimewa sekali Ibu Novia Kolopaking yang kemudian diminta Cak Nun membawakan lagu “Syukur” dan diikuti oleh semua hadirin dengan diiringi musik Rumah Keroncong Jogja.
Menurut catatan Iman Budhi Santosa, Pimpinan Umum Sabana, majalah Sastra Sabana ini merupakan salah satu dari sangat sedikit, bisa dihitung jari, dari majalah sastra yang ada di Indonesia ini. Sementara itu, di awal pidatonya, Bang Hadi menengarai jangan-jangan bangsa ini bukan sedang menuju bangsa tanpa sastra, melainkan sudah dalam tahap terperosok sebagai bangsa tanpa sastra, bukan menuju lagi.
Usai pidato Bang Hadi acara dilanjut dengan pembacaan nukilan cerpen di edisi perdana Sabana oleh Labibah Zain, serta diskusi sastra yang dipandu oleh Mas Indra Tranggono, Mustofa W. Hasyim, dan Prof. Faruk HT.