CakNun.com

Dari UFO, Manusia Simbol hingga Perahu Nuh

Ladrang Rampak Panuluh
Waktu baca ± 6 menit

Sesudah selesai pembacaan Al-Qur’an oleh beberapa orang secara bergantian, Macapat Syafa’at 17 Mei 2012 kali ini dilanjutkan dengan penampilan Waluyo atau lebih dikenal dengan panggilan Wuludheng yang menyajikan pertunjukan wayang kulit. Tapi wayang kulit yang disajikan oleh Ki Wuludheng ini berbeda dengan wayang kulit kebanyakan. Ki Wuludheng mengemas wayang kulit menjadi tontonan sedemikian rupa sehingga terasa lebih komunikatif dan “tidak kaku”. Lakon yang dimainkannya berjudul “Jihadul Haq”.

Selain Ki Waludheng, Macapat Syafa’at 17 Mei 2012 juga kedatangan tamu Zuvrich Aldabaran seorang peneliti UFO (Unidentified Flying Object), Exopolitik dan Exoteknologi.

Mengawali acara, Pak Totok mengingatkan bahwa Macapat Syafa’at kali ini bertepatan dengan 14 tahun peristiwa Mei 1998 yang menandai lahirnya masa reformasi di Indonesia. Dalam pengantarnya itu, Pak Totok merefleksikan bahwa ide mengenai “Komite Reformasi” yang salah satu penggagas utamanya adalah CN telah disalahpahami sehingga proses gradasi dan peralihan kekuasaan pasca lengsernya Soeharto berbelok arah. Setelah Soeharto turun, kekuasaan berpindah kepada Habibie yang ketika itu adalah wakil presiden. Dalam penyampaiannya di awal acara, Pak Totok juga menyinggung soal Ikrar Khusnul Khotimah yang dulu pernah ditawarkan oleh CN kepada Pak Harto. Meskipun pada akhirnya, rencana Pak Harto untuk melakukan ikrar khusnul khotimah sebagaimana yang disarankan CN akhirnya batal karena faktor-faktor yang sifatnya politis namun demikian hakekatnya ikrar khusnul khotimah adalah sebuah sitem kontrol yang dilandasi oleh inisiatif setiap orang yang menyadari dirinya sebagai hamba dan bukan sebagai apapun dihadapan Tuhan.

Setelah selesai memberikan sedikit pengantar, Pak Toto meminta KiaiKanjeng untuk membawakan “Shohibu Baiti” sebelum mempersilahkan Sabrang dan Pak Zuvrich berdialog.

“Sebenarnya UFO ini dari mana?” tanya Sabrang pada Pak Zuvrich.

Menurut keterangan Pak Zuvrich, UFO berasal dari planet lain dan mungkin juga galaksi lain yang datang ke bumi untuk mengamati perkembangan manusia. Mereka datang ke bumi sebenarnya ingin mengajak berkomunikasi manusia. Masih menurut Pak Zuvrich, sebenarnya makhluk-makhluk UFO ini telah ribuan tahun mendatangi manusia di bumi. Bahkan makhluk-makhluk ini sempat membuat beberapa “laboratorium” mereka di bumi untuk mendukung perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan di bumi.

“Adakah interelasi antara kejadian-kejadian alam dengan keberadaan makhluk-makhluk itu?” tanya Sabrang lagi.

“Ada, bahkan banyak peristiwa-periatiwa aneh di bumi yang terkait dengan makhluk-makhluk ini”, Jawab Pak Zuvrich. Menyambung penjelasan terhadap pertanyaan Sabrang ini, Pak Zuvrich menyebutkan bahwa makhluk-makhluk itu akan membantu manusia untuk penyediaan sumber energi gatis.

“Lalu apa pengaruhnya terhadap kehidupan manusia masa mendatang?” tanya Pak Toto. “Maksudnya mendatang itu ya yang dalam waktu dekat ini. Kalau yang akan terjadi 100 tahun lagi untuk apa ditanyakan, kan kita sudah mati?” seloroh Pak Totok disambut tawa hadirin.

“Dalam waktu 6-8 bulan ke depan, orang akan tumbuh kesadarannya. Ini akan terjadi secara kolektif sehingga manusia akan melakukan perubahan-perubahan besar dalam seluruh sistem kehidupannya”, Pak Zuvrich menjelaskan. “Bank-bank dunia yang saat ini menjadi pusering (pusatnya) monopoli keuangan perekonomian dunia akan hancur”, sambung Pak Zuvrich.

Dipaparkan oleh peneliti UFO dari California Amerika Serikat ini bahwa pada waktu yang tidak lama lagi dari sekarang, manusia akan tumbuh kesadarannya untuk melakukan pembenahan-pembenahan diri. Hal itu disebabkan oleh karena manusia telah bosan dengan sistem ekonomi yang hegemonik.

Beberapa saat setelah Sabrang dan Pak Zuvrich selesai dengan dialog dan pemaparannya, Cak Nun ganti memulai pembicaraan. Bertepatan dengan momentum 14 tahun reformasi Indonesia ini, Cak Nun kembali menguraikan kronologi seputar reformasi Indonesia yang diawali oleh mundurnya Soeharto. “Soeharto mundur bukan oleh tekanan mahasiswa, dia mundur karena takut pada rakyat yang telah marah. Soeharto sangat sakit hatinya setelah mengetahui rakyat telah habis kesabarannya”, kata Cak Nun.

“Tanggal 12 Mei ketika itu saya sedang pengajian di Padhangmbulan. Saya sengaja melakukan istighosah berlama-lama di sana sebab saya tahu esok paginya akan ada kerusuhan. Tanggal 13 Mei aksi penjarahan kemudian tanggal 14 nya aksi massa itu meluas sampai di Solo dan sebagainya. Tanggal 15-16 Mei kerusuhan secara sporadis terjadi di Indonesia, bahkan hingga ada kabar kekuatan ABRI terpecah menjadi 2, yaitu ABRI Merah-Putih dan ABRI Hijau. Tanggal 17 Mei saya memanggil Mas Brotoseno (sekarang komandan SAR DIY). Saya sampaikan kepadanya untuk menggelar “Pisowanan Agung” di Jogja. Kemudian perhelatan itu akhirnya digelar dan rakyat Jogja serta Raja dan seluruh elemen masyrakat Jogja bersepakat untuk menjaga keamanan dan ketertiban Kota Jogjakarta. Nah, ketika Pisowanan Agung itu berlangsung, saya sedang berada di Jakarta bersama beberapa orang itu yang kemudian ada seorang di Jogja yang menyebut saya sebagai anteknya Soeharto. Itulah kenapa dulu tempat ini (TKIT Alhamdulillah) dan beberapa tempat-tempat yang ditengarai sebagai “milik” saya akan dibakar semuanya.

Pada saat itu Nurcholish Madjid, Utomo Danandjaya, Ali Yafie, Gus Dur dan saya merancang sebuah surat yang meminta Pak Harto mengundurkan diri. Tanggal 18 Mei surat itu dikonsultasikan kemudian tanggal 19 Mei surat itu diberikan kepada Mensesneg ketika itu dan langsung disampaikan kepada Pak Harto. Pak Harto lantas setuju dengan isi surat tersebut kemudian meminta kami untuk ikut mendampingi pengunduruan dirinya”, demikian Cak Nun menguraikan secara detail.

“Besok orang akan banyak omong soal reformasi di TV, tapi jangan berharap apa yang saya katakan ini akan muncul di TV sebab mereka itu adalah para penjual tembung jare (pedagang kabar yang hanya berdasarkan “katanya”). Nah akan terjadi hal yang sama lagi di negara kita dalam waktu yang tidak lama lagi”, jelas Cak Nun.

Pada kesempatan itu Cak Nun juga berpesan agar jangan terlalu kepincut dengan Freedom of Speech (kebebasan berbicara). “Tertariklah untuk menahan diri. Kelakuan terbaik dalam diri manusia adalah menahan diri. Bukan kebebasan yang diutamakan. Tapi mengerti, paham, batasan diri. Belajar dari gigi yang punya batasan untuk evolusi (memuai). Bahwa kewajiban manusia itu bukan kebebasan tapi keterbatasan (tahu batas) atau keber-puasa-an bukan Freedom of Speech, bukan demokrasi tapi berpuasa,” terang Beliau. Menyambung apa yang disampaikan Cak Nun tentang “tahu batas” ini, Sabrang menambahkan bahwa sebagai manusia kita harus selalu memuaikan diri hingga sampai kepada Allah.

Kemudian saat menanggapi seorang jama’ah yang “frustasi” pada demokrasi sehingga berpendapat bahwa demokrasi harus dihancurkan, Cak Nun berpendapat: “jangan menghancurkan demokrasi, tapi anda jangan hancur oleh demokrasi”.

Menyikapi perkembangan terkini dari keadaan bangsa Indonesia, Cak Nun mengingatkan agar kita mengusahakan kebangkitan dan kebangunan diri secara terus menerus sebab karena banyak faktor dan sebab yang mengepung kita dari segala arah sehingga membuat kita kehilangan diri sejati.

“Bidang apa yang anda tidak berkuasa atas diri anda sendiri?,” tanya Cak Nun. “Kesehatan, KTP, sarjana? Kalau anda mau jadi sarjana, apakah anda boleh mendasarkan diri pada keyakinan dan teori yang anda bangun sendiri? Nah. Siapa yang bikin aturan-aturan akademis, aturan kesehatan, mengenai benar-salah dan sebagainya? Soal poltik,soal pendidikan, soal BBM? Benarkah menteri ESDM berkuasa atas BBM? Tentu tidak. Oh, Presiden berarti…., tapi benarkah presiden berkuasa atas BBM? Ah, sepertinya kok tidak juga ya? Lalu siapa? Oke, sebut saja “mereka”, lalu “mereka” itu siapa? Kalau ditelusur terus kita akan ketemu yang namanya mafia BBM. Itulah yang tadi disebut oleh Pak Zuvrich bahwa seluruh sistem penguasaan di dunia ini dikuasai oleh sekelompok kecil yang telah merancang sistem hegemoni itu sejak tahun 1776″, terang Cak Nun.

Menurut Cak Nun, manusia pada masa kita telah sepenuhnya bukan dirinya sendiri karena banyak orang melakukan apapun tidak berdasarkan konsepnya sendiri tapi hanya mampu memilih dari yang telah disediakan oleh “mereka” yang minoritas itu. Dituturkan oleh Sabrang bahwa kelompok minoritas ini hanya terdiri dari 13 keluarga yang salin berkaitan. Anggota-anggota kelompok ini berkomunikasi salah satunya dengan simbol-simbol “geometri sakral”. Sabrang mencontohkan bahwa simbol kepolisian Arab Saudi dilambangkan dengan “mata satu”.

“Kalau kita amati, telah terlalu banyak keadaan di Indonesia ini yang dikuasai oleh Dajjal. Kalau engkau sudah tidak percaya kepada ilmu dan sejarahmu sendiri, kamu akan dibuat tidak percaya dengan agamamu sendiri. Jadi, gejala nilai Dajjal adalah anda dibuat percaya pada penipuan atas simbol-simbol. Bahwa peci dan sorban itu simbol atau tandanya orang alim, bahwa simbol ulama itu pakaiannya harus berjubah dan seterusnya dan seterusnya. Padahal ulama yang baik adalah yang pakaiannya seperti pakaian umatnya yang paling buruk”, sambung Cak Nun.

Pembicaraan MS bulan Mei ini lalu melebar pada diskusi tentang pengidentifikasian watak sebuah bangsa dilihat dari morfologi atau bentuk fisik wilayah negara yang bersangkutan. Mengambil contoh Italia yang kalau diperhatikan negara itu berbentuk seperti orang sedang menyepak bola maka memang akhirnya Italia juga menjadi salah satu pusatnya industri sepak bola dunia. Kemudian Papua yang merupakan wilayah yang banyak memiliki spesies burung pada kenyataannya pulau itu berbentuk seperti burung. Kemudian bagaimana dengan Indonesia? Kalau kita perhatikan, kepulauan Indonesia itu berbentuk seperti perahu. Kalimantan layarnya, pulau Jawa “dek” nya, yang ditengah-tengah dek itu ada tumpengnya, yakni Merapi. Lantas kira-kira seperti apa analisis karakteristik atas bentuk Indonesia ini?

“Maka yang nanti akan jadi perahu Nuh setelah perang dunia III adalah Indonesia. Itulah yang disebut wong Jowo kari separo, cino londo kari sak jodho (orang Jawa tinggal setengah/separuh, Cina dan Barat tinggal sepasang)”, Cak Nun menjelaskan.

Selanjutnya, pada bagian akhir acara Cak Nun mengajak hadirin untuk berdoa agar Merapi membagi tumpeng kesejahteraan karena kalau ledakan Merapi terjadi lagi, abunya akan menyebar kemana-mana dan bersenyawa dengan zat-zat lain sehingga menimbulkan efek yang sangat berbahaya. Cak Nun juga mengingatkan hadirin bahwa jika peristiwa dan kejadian ini terjadi maka seperti kata Nabi, “Tutuplah rumahmu rapat-rapat dan sediakan makanan awet yang banyak”.

“Saya ingin anda semua kembali kepada kesadaran serta terhadap harapan-harapan dan kepastian-kepastian. Dan untuk itu saya mengingatkan saudara-saudara semua untuk selalu menempel kepada Allah terus-menerus. Kemudian terhadap semua yang disampaikan Pak Zuvrich tadi marilah kita bersyukur terhadapnya sebab kalau benar akan ada perubahan besar berarti kita akan mengalami “qiyamah” atau kebangkitan kemanusiaan. Sementara terhadap segala hal yang tadi disampaikan oleh Sabrang, marilah kita selalu berdoa dan berhati-hati serta waspada terhadap apa saja yang kita lakukan, apa saja yang kita perbuat dan apa saja yang kita alami,” nasihat Cak Nun di penghujung acara.

Tidak berapa lama kemudian, acara Macapat Syafa’at 17 Mei 2012 malam itu disempurnakan paripurnanya dengan lantunan Shohibu Baiti.

Lainnya

Exit mobile version