![Tombo Ati Menggema dari Desa Kajongan](https://assets.caknun.com/media/2024/07/20240702-ngaji-tombo-ati-1-768x432.webp)
Tombo Ati Menggema dari Desa Kajongan
Sinau Bareng Ngaji Tombo Ati ini dimulai pukul 20.00 WIB. Sekitar dua ribu jamaah memadati lokasi acara yang bertempat di pertigaan jalan Desa Kajongan, Bojongsari, Purbalingga.
Sinau Bareng Ngaji Tombo Ati ini dimulai pukul 20.00 WIB. Sekitar dua ribu jamaah memadati lokasi acara yang bertempat di pertigaan jalan Desa Kajongan, Bojongsari, Purbalingga.
Tetapi “hudan linnas” mencerminkan rasio bahwa sesungguhnya setiap manusia oleh Allah diciptakan memiliki peralatan akal dan kelengkapan kejiwaan untuk bersentuhan dengan Al-Qur`an.
Mereka akhirnya bisa menjadi penghalang iman dan ilmu kita. Mereka melakukan atau berposisi memonopoli Allah dari alam kejiwaan kita. Mereka menjadi makelar-makelar atau pengecer-pengecer yang memotong hubungan otentik kita dengan Allah.
Kalau sakit ya ke Dokter. Kalau sakit jiwa ya ke psikiater. Kalau melarat, silahkan cari makan sendiri. Kalau pas ketakutan kepada Pamong, baru kalian boleh datang ke Kiai….
Sarasehan yang dihadiri oleh doktor bule itu jelas akan berlangsung hingga pagi.
Buku ini disusun tidak dengan berangkat dari teknik pembaganan atau sistematisasi permasalahan, melainkan merupakan rangkuman suatu konteks yang tak berbeda, serta diusahakan antara satu tulisan dengan lainnya memiliki alur.
Gareng mencuri ayam dikurung tiga bulan, sang senopati makan tiga samudera minyak malah tidur ongkang-ongkang di permadani yang bersambung dari satu bukit ke bukit lain.
Duh Maha Resi yang mengetahui jumlah kelopak bunga seluruhnya yang telah gugur, yang sedang kembang serta yang baru akan tumbuh, di bumi dan langit
Ampunilah kebodohan kami
ia bermain cinta
bermain cinta, lewat kau ke ia
ia mengalir, berjalan-jalan di kau
ia bertualang, bernyanyi, menangis
Abadi kerinduan
Kepada yang selalu bukan
Nurani sendiri tak terpegang
Tuhan ngumpet di kebisuan
Di Lapangan terbuka Moloku Kie Raha, Ternate, Maluku Utara, Oktober 2011, Kesultanan Ternate, Sultan Mudaffar Sjah memberi gelar kehormatan Mbah Nun dengan gelar Ngai Ma Dodera — pohon rindang tempat burung-burung.
H.B. JASSIN pengamat dan kritikus sastra terkemuka Indonesia dalam komentarnya menanggapi perkembangan sastra budaya Islam, menyatakan optimis melihat kecenderungan-kecenderungan baru dalam kepuisian dewasa ini.
Banyak sekali ekspresi masyarakat, terutama tokoh-tokoh kelas menengahnya, yang kemlinthi, gembagus, seneng pamer; “Saya merakyat! Kami peduli! Kami mengabdi rakyat!” dan banyak sekali umuk-umuk pekok seperti itu.